Natal, Pohon Cemara dan Sinterklas

Samuel Prakoso
5 min readDec 30, 2020

--

Baru kemarin kita merayakan Natal tahun ini, tapi pernahkah kita berpikir kenapa Natal, yang merupakan kelahiran Tuhan Yesus Kristus, dirayakan tanggal 25 Desember?

Sebenarnya tidak ada yang tahu pasti kapan Tuhan Yesus lahir ke dunia, tidak seperti perayaan Paskah, Perjamuan Suci, dll yang disebutkan secara detail tata cara nya di dalam Alkitab.

Kenapa tidak ada tata cara perayaan Natal? Bahkan tanggal nya pun tidak jelas dicatat. Apakah Tuhan tidak ingin hari lahir Nya dirayakan? Jika Tuhan menginginkan orang Kristen merayakan hari lahir Nya, tentu Ia tidak akan menyembunyikan tanggal yang sebenarnya. Jadi apakah Natal itu?

Kata Christmas atau Natal artinya Cristes Maesse / Mass of Christ / Massa Kristus, disingkat menjadi Christ-Mass, dan diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran Yesus. Kata ini tidak terdapat di seluruh Alkitab, mulai digunakan 1000 tahun setelah Yesus naik ke Surga.

Natal memiliki akar dari sebelum kelahiran Yesus. Ribuan tahun yang lalu orang Romawi merayakan pesta musim dingin di bulan Desember. Setelah siang terpendek sepanjang tahun, tanggal 25 dirayakan sebagai hari lahirnya Sol Invicti atau Dewa Matahari dalam agama Paganisme orang Romawi.

Abad keempat, tradisi Kristen mulai berkembang dalam bangsa Romawi dengan munculnya Kaisar Constantine yang menerima Kekristenan. Natal pun diadopsi menjadi hari kelahiran Sang Mesias, untuk menggantikan tradisi pagan Romawi sehingga menjadi berbau kristiani. Dan sejak saat itu Natal pun dirayakan pada tanggal 25 Desember.

Hal ini disebutkan dalam Catholic Encyclopedia:

“Hari Natal TIDAK terdapat diantara perayaan gereja sebelumnya. Hari raya ini berasal dari MESIR. KEBIASAAN PENYEMBAH BERHALA MENJADI HARI NATAL” — ENCYCLOPEDIA BRITANICCA, 1964

Jadi Natal pada awalnya bukan merupakan tradisi Kristen, namun diambil dari tradisi Paganisme, fakta sejarah juga menunjukkan bahwa hari Natal tidak dirayakan oleh orang Kristen sampai abad ketiga dan gereja Roma juga tidak memerintahkan hari Natal dirayakan sebagai perayaan Kristen sampai abad kelima.

Pohon Cemara

Apakah kita pernah berpikir, kenapa pohon cemara yang digunakan sebagai pohon Natal? Kenapa bukan pohon kelapa atau pohon kurma misalnya?

Kebiasaan ini diambil dari kisah Semiramis/Dewi Astarte/Asherah/Ashtoret/Isis/Ishtar/Easter, setelah kematian Nimrod (suami dan anaknya) sebuah pohon cemara besar tumbuh dari tunggul. Tunggul berarti Nimrod yang mati, pohon cemara melambangkan Nimrod yang bangkit kembali. Hadiah-hadiah berarti Nimrod memberikan hadiah-hadiah di bawah pohon. (kisah lengkapnya silahkan googling sendiri ya).

Saat Natal, kita juga sering melihat karangan bunga yang biasanya digantung di pintu rumah, darimana asalnya?

“Rangkaian bunga Holly, pohon Mistletoe dan batang pohon Yule yang dipakai sebagai penghias malam Natal adalah warisan dari zaman sebelum Kristen.” — Encyclopedia Americana

“Hiasan yang dipakai pada upacara Natal adalah warisan dari adat agama penyembah berhala (paganisme), yang menghiasi rumah dan tempat peribadatan mereka yang waktunya bertepatan dengan malam Natal sekarang. Sedangkan pohon Natal berasal dari kebiasaan Mesir Kuno, yang masanya lama sekali sebelum lahirnya agama Kristen.” — Answer to Question, Frederick J. Haskins.

Jadi awalnya ini digunakan oleh orang Romawi zaman dahulu untuk menyembah dewa-dewa mereka. Karangan bunga banyak dipakai pada perayaan Saturnalia atau kelahiran dewa matahari. Karangan bunga ini diambil dari lapisan daun pohon laurel yang melambangkan kekuatan, otoritas, keabadian dan bahkan perlindungan. Banyak orang Romawi menggantungkan karangan bunga di pintu rumah mereka karena dianggap sebagai pelindung.

Sinterklas

Atau Santa Klaus, nama aslinya adalah Nicholas-Parara, lahir di Turki pada tahun 270 dan menjadi Pastur di Myra. Meninggal pada tanggal 6 Des 345. Namanya menjadi orang kudus/Santa pada abad ke 19. Nicholas merupakan pastor senior pada Council Nicea yg menyusun Kitab Perjanjian Baru.

Pada tahun 1087, Tulang-tulang Nicholas dipindahkan ke Bari, Itali. Disini perayaan kepada Nicholas digabung dengan ritual Nenek-nenek/Pasqua Epiphania bahkan dikatakan bahwa Pasqua Epiphania adalah istri Nicholas. Perayaan ini dimulai tanggal 6 Desember, orang biasanya memasukan koin ke kaos kaki atau sepatu orang miskin.

Jadi kesimpulannya, perayaan Natal bukanlah perintah Tuhan, itu hanyalah tradisi yang diajarkan turun-temurun selama berabad-abad. Tata cara dan pernak-pernik yang digunakan jelas bersumber dari agama Pagan. Jadi apakah kita sebagai umat Kristen boleh merayakan Natal?

Untuk itu, mari kita lihat pendapat Alkitab mengenai hal ini:

Beginilah firman TUHAN: “Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu, supaya jangan goyang. Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun, tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baikpun tidak dapat.” (Yeremia 10:2–5)

“Berbicaralah kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: Akulah TUHAN, Allahmu. Janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Mesir, di mana kamu diam dahulu; juga janganlah kamu berbuat seperti yang diperbuat orang di tanah Kanaan, ke mana Aku membawa kamu; janganlah kamu hidup menurut kebiasaan mereka. Kamu harus lakukan peraturan-Ku dan harus berpegang pada ketetapan-Ku dengan hidup menurut semuanya itu; Akulah TUHAN, Allahmu. (Imamat 18:2–4)

“Haruslah engkau melakukan apa yang benar dan baik di mata TUHAN, supaya baik keadaanmu dan engkau memasuki dan menduduki negeri yang baik, yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, dengan mengusir semua musuhmu dari hadapanmu, seperti yang difirmankan TUHAN.” Ulangan 6:18–19

“Apabila TUHAN, Allahmu, telah melenyapkan dari hadapanmu bangsa-bangsa yang daerahnya kaumasuki untuk mendudukinya, dan apabila engkau sudah menduduki daerahnya dan diam di negerinya, maka hati-hatilah, supaya jangan engkau kena jerat dan mengikuti mereka, setelah mereka dipunahkan dari hadapanmu, dan supaya jangan engkau menanya-nanya tentang allah mereka dengan berkata: Bagaimana bangsa-bangsa ini beribadah kepada allah mereka? Akupun mau berlaku begitu. Jangan engkau berbuat seperti itu terhadap TUHAN, Allahmu; sebab segala yang menjadi kekejian bagi TUHAN, apa yang dibenci-Nya, itulah yang dilakukan mereka bagi allah mereka; bahkan anak-anaknya lelaki dan anak-anaknya perempuan dibakar mereka dengan api bagi allah mereka. Segala yang kuperintahkan kepadamu haruslah kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau menambahinya ataupun menguranginya. (Ulangan 12:29–32)

Jadi menurutku merayakan atau tidak itu pilihan, tapi yang jelas-jelas tidak boleh adalah, kalau kita dengan sengaja menggunakan pernak-pernik dan tata cara yang disebutkan diatas untuk merayakan Natal.

Biarlah setiap kebenaran yang datang pada kita, kita pegang sampai Tuhan panggil kembali.

Kebenaran yang kita terima akan diuji, tapi biarlah kita tahan uji.

(untuk kalangan sendiri)

Referensi:

--

--

Samuel Prakoso

engineer, entrepreneur, part time writer, phonegrapher