Pertimbangan Merakit Sepeda Road Bike

Samuel Prakoso
6 min readJun 3, 2022

--

Tahun ini akhirnya keracunan juga untuk main road bike, setelah sebelumnya pakai MTB dan seli. Lalu perburuan pun dimulai, dengan budget yang pas-pasan tapi pengennya dapat yang terbaik.

Ternyata road bike ini jenis nya banyak banget dan harganya juga ada yang mulai dari 3 jutaan sampe 300 jutaan bahkan lebih, jadi sebenarnya mau cari yang model terbaik juga ada, yang membatasi hanya budget, karena itu sebelum berburu sepeda yang sesuai, yang paling pertama harus ditentukan adalah budget nya dulu.

Dan setelah hitung-menghitung, budget yang ada cukup untuk membeli Polygon Strattos S4 baru atau mencoba mencari second dengan spek yang lebih tinggi, tapi dengan resiko tidak tahu kondisi nya, secara aku masih orang awam.

Sebenarnya untuk pemula, Polygon Strattos S4 ini sudah cukup bagus, cuma aku kurang sreg dengan groupset nya yang ‘hanya’ Shimano Tiagra dan wheelset nya yang ‘hanya’ Entity yang pasti ke depan bakal bikin gatel buat upgrade.

Akhirnya setelah bertapa dan menimbang-nimbang, supaya mengurangi gonta ganti komponen, maka aku putuskan untuk merakit sendiri saja, sehingga komponen nya dapat kita tentukan sendiri dari awal.

Dan mengingat budget yang terbatas, tapi pengen yang terbaik, maka diputuskan untuk menggunakan komponen second untuk hal yang tidak vital dan komponen baru untuk yang vital, terutama groupset dan wheelset.

Targetnya mau bikin sepeda dengan bobot seringan mungkin, dengan batasan budget yang ada.

Yang pertama harus ditentukan adalah frame, karena frame ini tempat komponen lainnya menempel, karena budget yang terbatas, untuk frame diputuskan mencari second saja, itupun hanya bisa untuk membeli frame aluminium.

Dan di range harga itu, aku rasa semua frame bobot nya hampir sama, performa nya juga mirip, contohnya frame Polygon Strattos S2 dan S3 sebenarnya hanya beda cat saja, tapi rata-rata orang jual S3 dengan harga lebih tinggi, mungkin karena sepeda utuhnya lebih mahal jadi orang berpikir harga frame nya juga harus lebih mahal, atau karena warnanya putih (yang tahun 2021), jadi lebih diminati?

Frame inceranku di price range sesuai budget, adalah S2/S3/S4 dan Mosso 735 TCA, tapi cari-cari Mosso bekas kok ternyata susah, ada yang jual tapi harganya hanya terpaut ratus ribu saja dengan yang baru (sehingga out of budget), cari frame S4 harganya ternyata out of budget, frame S3 pemiliknya pada jual mahal, sampai akhirnya ada yang menawarkan frame S2 dengan harga yang masuk budget, tanpa pikir panjang langsung ambil dulu deh.

Untuk dropbar, menurutku akan cukup membantu mengurangi bobot jika menggunakan dropbar carbon, tapi karena harus menghemat budget akhirnya diputuskan untuk membeli dropbar carbon ACM merk Toseek dari toko Ali dan setelah 4 bulan menunggu, ternyata hasilnya tidak sia-sia, memang dropbar carbon ini cukup ringan bobotnya dibanding aluminium, dengan harga yang terpaut sekian ratus ribu saja.

Sedangkan untuk stem, karena ukurannya cukup kecil, sehingga dari segi bobot tidak akan terpaut banyak antara aluminium dan carbon, jadi diputuskan tetap pakai stem aluminium bawaan frame saja (disamping budget nya juga sudah habis buat dropbar nya), nanti jika kurang panjang/pendek baru diganti. Dan untuk bartape nya, aku menggunakan merk West Biking yang harganya cukup murah dan didapat gratis dari ngumpulin cashback toko biru.

Untuk seatpost, sebenarnya sudah dapat bawaan dari frame nya, tapi seatpost Entity ini aku rasa cukup berat bobotnya, sehingga akhirnya diputuskan untuk ganti dengan seatpost carbon ACM merk EC90, dan ternyata memang bobotnya lebih ringan, apalagi kemudian seatpost nya dipotong, hanya disisakan seperlunya saja, toh kaki ku ngga akan bertambah panjang. Hasilnya, beratnya langsung berkurang 50%.

Sebagai kompensasi karena budget berkurang untuk membeli seatpost carbon, akhirnya untuk sadel aku gunakan copotan dari sepeda MTB lama, merk Syte.

Groupset nya sendiri, rencananya menggunakan Shimano 105, kenapa ngga Shimano Ultegra sekalian, biar kalcer? Ya selain karena budget, aku lihat secara fisik sebenarnya mirip, yang membedakan paling hanya beratnya saja, terpaut sekian puluh gram, tapi dengan harga yang terpaut jauh, jadi aku rasa 105 sudah pilihan terbaik kalau buat pesepeda hobi.

Kendala muncul karena budget nya hanya cukup untuk membeli groupset Shimano Sora baru, atau 105 second, tapi karena maunya beli baru, akhirnya harus diakalin dengan bikin komponen gado-gado.

Komponen yang paling penting di groupset menurutku hanya FD, RD dan Brifter nya, jadi untuk ketiga komponen ini aku beli baru, walau dari semuanya brifter ini yang paling mahal harganya, yang kalau beli second pasti akan mengurangi budget banyak.

Untuk crankset diputuskan untuk membeli second saja, karena tidak terlalu vital, tapi walau second, budgetnya tidak cukup untuk membeli crank 105. Dengan budget yang ada, hanya dapat untuk membeli crank Sora second yang bobotnya tentu lebih berat daripada 105.

Akhirnya setelah browsing sana-sini, dapat juga crank yang sesuai budget dan target bobot. Crank Prowheel Victor, yang katanya dibuat dengan CNC, jadi bobotnya bisa sama dengan 105 bahkan ada yang bilang ini 105 killer.

Bottom Bracket nya sendiri menggunakan komponen baru tapi bekas, sisa-sisa dari merakit sepeda MTB sebelumnya. Merk nya lupa, tapi katanya sudah ceramic bearing.

Untuk pedal, rencananya mau pakai pedal aluminium yang ringan, tetapi akhirnya diputuskan untuk langsung menggunakan pedal cleat saja, agar tidak membuang budget upgrade lagi ke depannya.

Setelah survei, akhirnya ketemu pedal merk Promend F91, dimana satu sisi untuk sepatu cleat dan sisi sebaliknya untuk sepatu biasa, jadi untuk awal bisa menggunakan sepatu biasa, dan ketika sudah terbiasa, tinggal ganti sepatu cleat dan tidak perlu ganti pedal lagi.

Sebenarnya pengennya pakai Shimano dengan fitur yang sama tetapi bobot nya lebih ringan, masalahnya, harganya 2–3 kali lipat, sehingga melebihi budget awal yang tadinya hanya untuk beli pedal biasa.

Untuk sproket, aku pakai yang ukuran 11–34 dengan pertimbangan masih pemula, jadi butuh sproket yang lumayan besar, dan karena dari segi bobot antara 105 dan merk lain mirip-mirip, akhirnya aku pilih merk Decaf saja yang harganya cuma setengahnya 105. Untuk sproket aku beli baru, karena harga second nya hanya terpaut sedikit, dan rata-rata yang dijual second hanya 105.

Sedangkan untuk rantai, karena ini komponen vital untuk menarik sepeda agar berjalan berjalan, maka aku putuskan untuk pakai yang baru dan agak bagusan, pilihan jatuh ke merk KMC X11EL yang bolong-bolong itu (yang katanya buat mengurangi bobot).

Wheelset menurutku komponen yang vital dan karena model rim brake, maka brake line nya bisa habis, jadi amannya sih beli baru.

Dan dengan budget yang terbatas, apalagi solusinya kalo bukan toko Ali, yang jadi bahan pertimbangan memilih adalah bobot yang paling ringan dalam range budget ku, sehingga akhirnya wheelset ACM merk Kozeer RS1400 terpilih sebagai pemenang nya, setelah 4 bulan menunggu, dan aku pegang langsung, ternyata memang ringan, ngga kalah dengan wheelset lain yang harganya dua-tiga kali lipat nya.

Ban luar menurutku adalah komponen yang paling penting karena ini yang bersentuhan langsung dengan aspal, dan setelah membaca review-review di internet, akhirnya pilihan jatuh pada Continental Grand Sport dengan ukuran 25C, dan kebetulan nemu yang OEM yang katanya untuk dijual secara bulk ke pabrik sepeda, bukan untuk retail, jadi harganya lebih murah, bedanya hanya tulisan merk nya berwarna putih, bukan kuning. Untuk ban dalam pakai Maxxis yang harganya tidak mahal tapi bukan yang paling murah juga. Untuk ban beli baru karena ini barang habis pakai.

Untuk cabling, katanya yang bagus merk Jagwire, tapi aku pikir sama aja, kecuali mau pakai kabel titanium yang katanya lebih enteng (sekian puluh gram), karena budget sudah tiris akhirnya diputuskan untuk pakai kabel biasa aja, dan akhirnya dapat merk TRLREQ, aku sudah pernah pakai merk ini juga waktu merakit sepeda MTB dan no komplain. Untuk cabling tentu tidak ada yang jual bekas, jadi beli baru.

Untuk brakeset, idealnya pakai 105 juga supaya satu set dengan groupset nya, tapi karena pertimbangan budget, akhirnya diputuskan untuk menggunakan Tektro R315 saja, karena bobot nya mirip, tapi dengan harga yang tidak sampai setengahnya. Komponen ini cukup vital karena untuk menghentikan laju sepeda, jadi diputuskan beli baru, lagipula harga bekas nya juga tidak terpaut banyak.

Strattos S2 rasa S5

Dan setelah penantian panjang, hampir setahun, akhirnya komponen nya lengkap juga untuk dirakit menjadi sebuah sepeda road bike.

Budget akhirnya agak melebihi sedikit (sekian ratus ribu), tapi target bobot terlampaui dan jika dibandingkan dengan sepeda baru, mungkin sepeda ini setara dengan Polygon Strattos S5, tapi dengan harga yang jauh lebih murah (karena 25% komponen nya second dan sisanya gado-gado) dan dengan bobot yang jauh lebih ringan.

--

--

Samuel Prakoso

engineer, entrepreneur, part time writer, phonegrapher